Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...

Minggu, 14 Februari 2016

Menerbitkan buku? kenapa enggak.



Kata Ayah @Pidibaiq
“Mungkin ada orang yang menulis untuk mengatakan kata hatinya, maafkan aku kalau salah, karena aku menulis untuk mendengarkan apa kata hatiku.” 

Begitulah. Begitulah kata-kata Ayah ini seolah mendorongku untuk kembali bersemangat bahwa menulis bukan hanya sekedar meluapkan semua isi hati, menumpahkannya dalam emosi dan bahagia yang meletup-letup. karena pada kenyataannya mendengarkan kata hati jauh lebih nyaman ketimbang berkutat dengan keegoisan belaka. 

Aku mau sedikit bercerita, boleh, kan? baiklah kurasa boleh karena ini blogku sendiri. HAHA.
Sejak duduk di kelas 1 SMA kebetulan atau emang salah masuk kelas wkwwk, aku ditempatkan di kelas unggulan kedua—kelas X4 waktu itu. sejak menetap di kelas itu aku merasakan suasana yang berbeda. dulu ketika masih SMP aku masih santai-santai dalam mengerjakan PR. Masih sering bertanya dan mendapat bantuan dari teman sebangku atau kalau sudah buntu banget akhirnya menyalin punya teman saja (bagian ini jangan ditiru, ya) 

semenjak namaku terselip di kelas X4 aku jadi harus ekstra belajar. Orang-orangnya pada pinter-pinter, Aktif bertanya, Aktif menjawab. Bahkan aku sering kelimpungan sendiri mengejar materi yang diberikan guru-guru pada waktu itu. Tapi anehnya, ketika pembagian raport aku masuk 10 besar. waktu itu itu aku peringkat ke 8. Ajaib gak sih? Belajar aja mandet-mandet. 

Akhirnya aku berpikir. Kayanya kalau masuk lima besar seru deh. Pasti belajarnya makin gila lagi. HAHA. Untung saat itu aku punya tiga teman yang luar biasa. mereka selalu support aku, yang selalu mengerti keadaan aku bahwa aku ini lemah dalam hal hitung menghitung. Aku paling benci yang namanya Matematika, Kimia, Fisika atau apapun lah yang behubungan dengan angka! Kebetulan Mereka mengenalkanku pada sebuah buku—yang waktu itu sedang booming-boomingnya. Laskar Pelangi karyanya Pak Cik Andrea Hirata.  Dan jujur itu novel pertama yang aku baca. Membaca buku pertama yang rasanya enggak bisa berhenti untuk terus membaca lembar perlembarnya.
Berangkat dari sana aku mulai merasakan perubahan yang besar. Aku mulai merasa nyaman bersama buku, aku mulai menyukai dunia menulis. Entah itu menulis puisi, artikel, cerpen, bahkan novel. Atau sekedar curhatan belaka. *Ini lain lagi ceritanya*

Kini kalau orang-orang terdekatku bertanya atau aku membuat CV (curiculum vitae) saat melamar kerja. Aku mengisi pertanyaan Hobbi dengan jawaban menulis dan membaca. Jelas, sekarang aku enggak mau pura-pura lagi.

Mungkin karena itulah aku enggak ragu saat kenaikan kelas aku langsung memilih jurusan IPS. Waktu itu aku ingat, ingat betul. Ada salah satu guru yang menyayangkan kenapa aku masuk IPS
 karena melihat kemajuan belajarku yang lumayan membaik. Aku berhasil masuk peringkat lima besar. Alhamdulillah itu perjuangan dan doa orang tua sebenarnya. Bukan keajaiban, bukan.  Dan pada waktu itu Guru aku seolah memandang sebelah mata jurusan IPS. Kenapa ya? mungkin karena siswanya yang terkenal nakal-nakal dan tidak disiplin? Ah, entahlah, karena aku masuk ke kelas IPS karena memang tidak ada kelas bahasa. Niatnya sih mau menghidar dari angka-angka. Dan mau mengejar cita-cita sebagai seorang penulis.

Dan...... You know what happend afther that?
Dua tahun aku berada di kelas IPS. Jelas aku nyaman. Aku mendapat juara pertama di kelas. Tapi, setelah itu. Setelah aku lulus SMA. Kedua orang tuaku menyuruhku melanjutkan kuliah tapi mengambil jurusan akuntansi. Aku bingung dong, Iya. awal-awal masuk kuliah tentu aku stres dengan penyesuaian lingkungan dan materi-materi yang diberikan selalu berhubungan dengan angka. Dengan kalimat Balance yang minim sekali aku dapatkan. HAHAHA

Sekarang, tahun 2016 aku sudah semester lima dan masih sanggup bertahan. Alhamdulillah, Allah memberikanku rezeki lebih. Aku sekarang sudah bekerja di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang jasa marketing komunikasi. Pekerjaanku? Tentu saja sesuai dengan background pendidikanku. Keuangan. Oke, baiklah. Kupikir ini yang dinamakan benci bilang cinta?
Kalau ada yang bertanya kenapa enggak jadi penulis saja, menerbitkan buku. Sekarang aku bisa menyikapinya dengan lebih tenang. Bahwa tidak selamanya yang kamu benci adalah hal buruk untukmu. begitupun sebaliknya, semua sudah di atur, teman, tinggal bagaimana kita menyikapinya saja—Dan, tentu saja menikmatinya.

Kebetulan lagi atau memang sudah diatur. Beberapa hari yang lalu aku dapat BBM dari Mba Leyla Hana bahwa ada giveaway 1st SmartWriter. Ah, siapa yang enggak tertarik? Tentu saja. kalau ditanya mengapa aku harus menerbitkan buku? Sebenarnya ada dua alasan.

1       karena aku sudah berdamai dengan angka-angka. Dengan begitu, benar kata Ayah Pidibaiq aku bisa mendengar kata hatiku sendiri bahwa menulis adalah sesuatu yang bisa dilakukan kapan saja. asal ada niat dan prakteknya. Tidak peduli dengan bidang pekerjaanmu yang tidak sesuai dengan hobbimu. Toh keduanya sama-sama kenikmatan dari Allah yang harus kita syukuri, kan?

2       karena aku ingin membuat dua hadiah untuk kedua orang tuaku. Buku Nonfiksi hasil dari tiga tahun jadi mahasiswi dan buku  fiksi untuk menunjukkan bahwa ini impianku.

 Aku langsung enggak ragu kalau disuruh ikutan Giveaway 1st Smart Writer. Karena mentornya yang luar biasa!

Mbak Leyla Hana.


Hey, siapa yang enggak kenal sama Mbak manis satu ini? Buku-bukunya sudah banyak diterbitkan. Konten blognya pun menariiiiiik sekali. Bahkan aku sering berselancar ke sana ada banyak ilmu yang aku dapatkan.
Mentor ke dua. Mbak Riawani Elyta.

 Demi apa aku belum kesampaian pengen baca novel terbarunya yang Rahasia Pelangi itu .. Pernah dibuat kelepak-kelepek sama novel yang berjudul “yang kedua” suka sama gaya bahasanya dalam bercerita. Aku juga sering berselancar mengunjungi blognya mbak Ria ini. Isinya menarikk. Aku sukaaaaa.

Belajar menulis novel bareng mereka rasa-rasanya enggak akan ada rugi-ruginya sama sekali deh.


 Tulisan ini diikut sertakan dalam 1St Giveaway Smart Wirter

9 komentar :

  1. subhanallah...
    semoga bisa mneruskan cita-cita smean buat jadi smart writer seperti mbak Leyla Hana dan Mbk Riawani elyta ya mbak...
    salam kenal, mbak.e ^_^

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aamiin Ya Rabb. teriamakasih Mbaaak. salam kenal kembali, terimakasih sudah berkenan berkunjung ke blog saya hehe

      Hapus
  2. SALAM KENAL BU:)

    Blognya keren...
    Semoga menjadi penulis yg terkenal dan bermanfaat tentunya bu :)
    aminn...

    BalasHapus
    Balasan
    1. salam kenal kembali :)
      Aamiin YaRabb, terimakasih heheee
      jangan bosen-bosen berkujung, ya

      Hapus
  3. keren mbak, kerja di bidang yg awalnya ga disukai.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah mbak. semuanya penuh perjuangan hihi :")

      Hapus
  4. saya juga lemah dihitung2an, tapi seneng menulis :)

    BalasHapus